Cerpen cicilan

Angin bertiup kelelahan, menggerakkan dedaunanpun tak bisa. Matahari bersinar agak redup daripada siang tadi. Mungkin ia juga kelelahan. Awan yang tadinya putih, kini telah agak memudar. Sore yang tenang.

Aku mendudukkan posisi badanku, berusaha bangkit dari tidurku yang singkat. Tubuhku terasa sangat berat untuk kurileks-kan. Kata-kata terakhir yang ku ingat dari tanteku yang super cerewet adalah aku tak boleh lupa makan siang.
"Membosankan,"pikirku.
Apakah tak ada hal lain yang bisa kukerjakan selain makan. Pikiranku masih kemelut, menjalani ujian kenaikan kelas yang baru kujalani dua hari ini. Sesegera kubuka pelajaranku. Bersiap membuka lembaran demi lembaran yang akan membuatku semakin penat.
Anganku melayang jauh dari apa yang aku pelajari. Terbesit keinginan untuk berbuat agak curang demi sebuah hal yang tak penting. Entah kenapa keinginan itu timbul setiap aku menghadapi ujian kenaikan kelas. Hal yang tak bisa dipungkiri.
Devil di telinga kiriku membujukku untuk segera menulis catatan kecil. Kuambil dasi warna biruku, kuselipkan catatan kecuranganku dibaliknya.
Tak lama aku kembali bermimpi.

                           ******

Komentar

free btc every hour

Postingan Populer